Wednesday, May 19, 2010

Demonstran Kaus Merah Ditembakin

Kematian Seh Daeng atau Komandan Merah usai menjalani perawatan di sebuah rumah sakit, tertembak peluru tajam tepat di kepala pada Kamis lalu, saat wawancara dengan jurnalis New York Times diduga kuat dilakukan oleh penembak jitu dari sebuah bangunan yang berdekatan dengan sebuah hotel.

Kabar kematian Mayor Jenderal yang bernama asli Khattiya Sawasdipol ini tersiar di tengah puncak pertempuran antara tentara pemerintah dan massa Kaus Merah anti pemerintah di pusat kota Bangkok, Thailand. Penembakannya dianggap sebagai salah satu pemicu kerusuhan yang kian brutal di Bangkok antara tentara dan Kaus Merah, yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 40 orang dan ratusan lainnya luka-luka sejak empat hari silam.

Tentara Thailand menerobos dan merusak barikade pertahanan massa pemrotes anti pemerintah di Bangkok, Thailand. Pasukan militer terus menyisir setiap sudut lokasi yang sebelumnya diduduki oleh para demonstran kaus merah. Suara tembakan tak henti-hentinya terdengar dari senapan mesin dari pasukan bersenjata lengkap.

Peristiwa ini, menelan banyak korban bahkan salah seorang yang tewas adalah seorang jurnalis foto dari Italia. Pemerintah mengatakan operasi pembersihan Bangkok dari massa pemrotes "Kaus Merah" akan berlangsung sepanjang hari. Pemerintah akan bersedia berdialog hanya bila pemrotes meningggalkan lokasi pertahanan mereka.

"Kami masih bersedia berbicara. kemungkinan itu terbuka tapi pemrotes harus hentikan dulu aksinya," ujar penasihat pemerintah, Korbsak Sabhavasau. Berita terakhir, dikabarkan bahwa Thaksin memberikan peringatan kepada pemerintah Thailand bahwa aksi militer akan mengakibatkan aksi perlawanan secara geriliya dari massa pemrotes

Tuesday, May 11, 2010

Partai Koalisi Bentuk Sekber.....

Republik ini, telah menghabiskan waktu dan tenaga serta financial yang tidak sedikit dalam pemilihan presiden dan wakilnya. Dalam pemilu 2009 lalu, presiden dan wakilnya dapat dukungan masyarakat secara mayoritas. Di lembaga DPR juga didukung 60 % lebih. Tapi anehnya, pemerintah tidak percya diri dan tidak punya kemampuan dalam mengendalikan partai koalisinya. Maka, lahirlah Sekber.

Dalam perpolitikan di Indonesia, berkepribadian ideologi dan jiwa perjuangan sudah terkikis dalam memperebutkan kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan. Itulah yang terjadi saat ini, partai koalisi rame-rame bikin kontrak politik yang seolah-olah menjaga kesetiaan padahal menuju kepentingan bersama dalam menuju puncak kekuasaan.

Uniknya, pembentukan Sekber dikomandoi Golkar, partai yang tidak pernah berjuang memenangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilu presiden. Partai yang tidak berkeringat. Bahkan menjadi pesaing utama memperebutkan kursi RI 1. Semakin nyata bahwa koalisi perpolitikan di Indonesia tidak perlu pertanggungjawaban kepada rakyat dan pemilihnya. Apabila kekuasaan dan jabatan sudah ditangan, maka bulshit bagi mereka untuk memperjuangkan penderitaan rakyat selaku pemegang mandat tertinggi.

Dalam perspektif ini seorang Megawati yang tidak mau berkoalisi setelah kalah dalam pemilu lebih bisa dipertanggungjawabkan. Karena jika dia kemudian memilih berkoalisi, artinya dia menipu konstituennya. Dan sosok Megawati tidak ada bedanya dengan para tokoh dan pemimpin lainnya.

Apa makna terbentuknya Sekber koalisi ini, jelas nantinya bahwa para politikus ini akan membentuk dan terbetuk kartel politik. Dimana, segala urusan dan penderitaan rakyat akan diabaikan dan kepentingan mereka yang diutamakan. Sungguh, ini sangat berbahaya....